MAKALAH PSIKOLOGI INDIVIDUAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori-Teori Konseling II
Dosen Pengampu : Hastin Budiswi, S.Psi
Disusun
oleh Semester/Kelas
: 3C
1.
Solihin 1111500147
2. Ananto
Dwi L 1110500005
3. Umihani 1110500
4. Siti
Nurrohmi 1110500
5. Isti
Amalia 1110500
6. Asih
Susanti 1110500
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
Jl. Halmahera KM. 1 Kota Tegal –
Telp/Fax (0283) 351082
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT atas perkenaan-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ”Psikologi Individual”. Makalah ini disusun dan
dikembangkan berdasarkan pada beberapa sumber yang kami peroleh, baik melalui
buku maupun dari internet.
Makalah
ini disusun secara khusus untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori-Teori Konseling
II. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hastin Budiswi, S.Psi selaku dosen pengampu.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun
bagi orang lain yang membacanya. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu lancarnya pembuatan makalah ini. Namun
demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga makalah ini dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Tegal, Oktober
2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR
ISI .............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 5
C. Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB
II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar............................................................................................... 6
B. Teori-Teori Adler ........................................................................................ 8
C. Tujuan Konseling ...................................................................................... 10
D. Proses Konseling........................................................................................ 11
E. Teknik-Teknik Konseling........................................................................... 12
F. Hubungan Konselor dan Klien................................................................... 13
G. Kritik dan Kontribusi................................................................................. 14
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 18
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Alfred Adler pada mulanya adalah seorang anggota
psikoanalisis tetapi lalu memisahkan diri dari freud, karena tidak setuju
dengan konsep-konsep psikoanalisis. Adler membentuk aliran baru dinamakan
Individual Psycology. Adler tidak setuju dengan konsep dorongan seks sebagai
satu-satunya dorongan yang utama dalam kehidupan manusia, juga dengan konsep
kejiwaan yang dibagi-bagi menjadi id, ego dan superego.
Psikologi
individual dikembangkan oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang komparatif
dalam memahami individu dan dalam kaitannya dengan lingkungan sosial.
Individual psychology atau psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler
dan pengikutnya antara lain adalah Rudolph Drekurs, Martin Son Tesgard, dan
Donal Dinkmeyer.
Alfred Adler
selain siswa juga rekan kerja Freud dan berumur empat belas tahun lebih muda
dari Freud. Adler telah menjadi dokter praktek. Ketika bergabung
dengan Freud dan ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat Psychoanalytic Vienna.
Adler keluar dari paham Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna dan pada
tahun 1911 Adler mulai mengembangkan pemikirannya yang dikenal sebagai
Psikologi Individu.
Aliran Psikologi Individual dikenal dengan nama Adlerian Counseling. Adler mengatakan
bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya
sendiri tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial
dan kebutuhan untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang hubungan
sosial, yang mana Individu sibuk mengejar realisasi diri yang dapat mendukung
dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam menempatkan hidup. Inilah yang menjadi
dasar pemikiran dari teori psikologi individual.
Menurut Adler manusia tidak dapat dibagi-bagi menjadi
bagian-bagian, manusia sebagai suatu keseluruhan dan sebagai suatu kesatuan
yang unik. Adler mengemukakan bahwa motif utama yang merupakan dorongan hidup
adalah superioritas dan kekuatan. Adler melihat bahwa kejantanan (masculin)
adalah identik dengan superioritas(keunggulan), sedang kewanitaan (feminin)
adalah inferioritas. Sesuai dengan dorongannya untuk hidup maka baik pria
maupun wanita setuju superioritas. Alasan utamanya karena manusia pada saat
dilahirkan dalam keadaan inferioritas, dalam keadaan lemah, perlu bantuan orang
lain, dan hidupnya tergantung pada orang sekitarnya. Adler melihat manusia
dalam keadaan inferior ini melihat orang dewasa yang kuat dan serba lebih menyebabkan inferior yang laten. Adler juga melihat adanya pengaruh
situasi keluarga terhadap perkembangan pribadi seorang anak, antara lain urutan
dalam kelahiran, anak tunggal, anak bungsu mempunyai kepribadian yang khas. Demikian
pula iklim keluarga mempengaruhi kepribadian seseorang. Pada usia sangat dini
(4 dan 5 tahun) menurut adler anak sudah membentuk pedoman untuk hidup (life
style) yang relative tetap.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
saja teori dan teknik yang terapkan
adler dalam psikologi individual?
2.
Apa
tujuan dari konseling psikologi individual?
3.
Bagaimanakah
proses konseling individual beserta kelemahan dan kelebihan?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam mempelajari
konseling psikologi individual ini adalah agar seorang konselor dapat
mengetahui model-model konseling dan bagaimana menerapkan berbagai teori dalam
proses konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa
perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan
inferioritas(rendah diri kurang). Perasaan lemah dan tidak berdaya timbul dan
berkembang karena pengalaman hidup anak bersama orang dewasa atau pandangan
kekurangan dalam organ tubuh, adler mempercayai prinsip fundamental motivasi
dengan kompensasi terhadap perasaan rendah diri, dapat menjelaskan hampir
seluruh perilaku manusia. Manusia dikuasai oleh perasaan banyak kekurangan dan
tidak sempurna dan oleh karena itu mereka mereaksi terhadap perasaan tidak
senang itu dengan mencari kesempurnaan,kebebasan dan keunggulan. Istilah yg
digunakan Adler adalah “inferiority Complex” untuk menggambarkan keadaan
perasaan harga diri kurang yang senantiasa mendorong individu untuk kompensasi
mencapai keunggulan. Perilaku merupakan suatu upaya untuk mencapai
keseimbangan.
Complex rasa rendah diri menurut adler berasal dari 3
sumber yaitu :
1.
Kekurangan dalam organ fisik
2.
Anak yang dimanja
3.
Anak yang mendapat penolakan
Kadang-kadang rasa rendah diri ini dapat menimbulkan
kompensasi yang berlebih-lebihan sehingga menimbulkan berbagai hambatan bagi
individu itu sendiri.
Hal lain yang penting dalam konstruk psikologi
individual adalah konsepsi perilaku situasional social. Individu merupakan
suatu organisasi holistic, sebagai suatu kesatuan antara kesadaran dan
ketidaksadaran, tidak ada reduksi komponen, tidak ada unsure-unsure kepribadian
seperti id,ego dan super ego. Manusia pada dasarnya bersifat social dan berusaha
mencari tempat dalam masyarakat dan berusaha untuk membangun suatu kesatuan
pribadi.
Adler mengatakan bahwa manusia pertama-tama dimotivasi
oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah
makhluk sosial. Mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam
kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas
kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan
orientasi sosial.
Untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia rela terjun
dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial seperti organisasi sosial dan
mengahabiskan hampir seluruh hidupnya di sana. Mereka merasa puas dengan
melakukan aktivitas sosial seperti membantu korban bencana, korban perang,
kelaparan dan lain sebagainya. Itulah kebutuhan sosial yang dimaksud oleh Adler. Kebutuhan-kebutuhan sosial ini
merupakan bawaan sejak lahir, perkembangan diri individu sejak masa kanak-kanak
akan sangat menentukan cara individu berperan dalam lingkungan sosialnya.
Konstruk utama adler yang lainnya adalah pandangan
tentang kesatuan organisme yang berorientasi tujuan. Dorongan superioritas
diarahkan oleh tujuan individu yang unik. Factor biologis dan lingkungan mempengaruhi tujuan individu akan tetapi
perwujudannya terutama dikreasikan oleh individu. Secara social individu
terdorong untuk bergerak dari keadaan yang dipandang sebagai yang inferioritas
kearah keadaan yang dipandang sebagai superioritas. Meskipun dipengaruhi oleh
sikap orang tua, kondisi struktur keluarga, akan tetapi pada dasarnya setiap
individu memiliki diri yang keatif dan bertanggung jawab untuk memilih pikiran
tindakan dan perasaan sendiri.
Konsep lain yang dikemukakan oleh adler adalah pandangan
bahwa individu sebagai suatu organisasi diri yang konsisten (self consistent
organization). Seluruh kekuatan psikis dikendalikan oleh ide yang direktif dan
ekspresi perasaan, pikiran, kemauan, tindakan dan sebagainya dipadukan dalam
suatu rencana hidup. Pembentukan rencana hidup ini akan membentuk gaya hidup
(life syile) yang akan berkembang sebagai pola-pola dalam mengarahkan
perilakunya. Adler juga mengatakan pentingnya kreativitas manusia, ditegaskan
bahwa tidak mungkin ada Life Style yang sama antara 2 orang, karena setiap
orang dalam mengembangkan kreatifitas tergantung pada self masing-masing. Adler
menekankan adanya keunikan individu, setiap orang mempunyai gambaran motivasi
unik, ciri-ciri, minat, nilai-nilai semuanya merupakan cirri dare perbedaan
style of life.
Hal penting lainya adalah konsep minat kemasyarakatan
(community interest) sebagai bagian dari kualitas manusiawi. Minat social ini
mendorong individu untuk mencapai superioritas dalam kehidupan social.
Kecemasan timbul disebabkan oleh konsentrasi dalam mencapai superioritas
pribadi tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
B.
Teori-Teori Adler
Teori Adler meliputi uraian tentang :
1.
Fictional Finalism
Yang dimaksud adalah bukan tingkah masa lampau yang menentukan
tingkah laku sekarang, tetapi ide-ide (tujuan akhir) itu memberikan arah kepada
seseorang individu untuk berbuat sesuatu.
2.
Striving For Superiority
Bahwa mula-mula adler menyatakan agresi lebih penting dan
seksualitas, kemudian dorongan agresi ini diubah menjadi keinginan untuk
berkuasa. Keinginan untuk berkuasa ini diberi istilah striving for superiority.
Ada 3 tahapan sebagai tujuan akhir manusia yaitu: agresif, menjadi kuat dan
menjadi superior. Striving for superioritymengejar kesempurnaan yang
menyenangkan. Untuk mengetahui bagaimana munculnya striving for superiority
kita harus menelaah perasaan rendah diri dan kompensasi.
3.
Inferiority Feeling dan
Compensasion
Yaitu perasaan rendah diri dan kompensasi. Adler berpendapat bahwa
seseorang yang sakit, paru-paru atau jantung, dan lain-lain, ini menunjukan
adanya rasa rendah diri yang dasar. Biasanya adanya rendah diri dalam organ
tertentu diadakan kompensasi dengan latihan yang sangat intensif. Rendah diri
ini disebut kelemahan, dan kelemahan ini sama dengan feminism (kewanitaan),
sehingga kompensasinya adalah the masculine protest. Perasaan rendah diri
timbul sebagai akibat perasaan tidak sempurna, tidak menyenangkan dalam bagian
kehidupan manusia, misalnya sewaktu masih bayi tidak mendapat kasih saying
diterlantarkan.
4.
Sosial Interest
Konsep manusia terhadap minat social. Minat social meliputi
kooperasi, hubungan antar personal, dan sebagainya. Adler percaya bahwa minat
social adalah merupakan hakekat manusia, merupakan cirri-ciri yang dibawa sejak
lahir. Minat social adalah cirri khas manusia bukan karena kebiasaan, meskipun
demikian minat social tidak spontan tetapi memerlukan bimbingan dan latihan.
5.
Style of Life
Hal ini merupakan cirri khas teori adler. Ini merupakan prinsip yang
menjelmakan keunikan seseorang, tiap orang mempunyai style of life tetapi tidak
ada 2 orang yang sama style of life nya. Setiap orang mempunyai tujuan yang
sama, yakni superioritas, tetapi untuk mengarah kepada tujuan tersebut setiap
orang mempunyai cara-cara untuk menempuhnya sendiri. Style of life terbentuk
sejak usia yang sangat muda (4-5 tahun).
6.
The Creative Self
Menerangkan bahwa manusia membentuk kepribadian sendiri, mereka
membentuk kepribadian sendiri, mereka membentuk kepribadian dari bahan mentah
pembawaan dan pengalaman. Creative self adalah prinsip aktif dalam kehidupan manusia,
buakan konsep tentang jiwa.
C.
Tujuan Konseling
Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi
intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior), memperbaiki
kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, mengubah tujuan hidup,
mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan aktivitas.
Klien harus mendapat insight tentang kesalahan style of life mereka, menghadapi
mekanisme superioritas mereka dan memperbaiki minat.
1.
Mengubah gaya hidup yang salah
. Dalam hal ini konselor lebih fokus pada aspek kognitif. Konselor cenderung
mencari kesalahan berpikir dan memberikan penilaian pada hal-hal seperti sikap
tidak mempercayai, egois, ambisi yang tidak masuk akal.
2.
Mengurangi intensitas inferior
klien. Sasaran dari konselor salah satunya mengurangi rasa rendah diri klien
yaitu dengan cara memberi dukungan pada klien bahwa ia mempunyai kemampuan
sehingga jika rasa rendah dirinya berkurang atau hilang klien mampu mencapai
kebahagiaan hidup dan mampu menjalani interaksi sosial dengan baik.
3.
Meningkatkan minat sosial
klien. Artinya menumbuhkan kesadaran di dalam individu akan kedudukannya
sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat serta suatu
sikap seseorang menangani dunia sosial untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
4.
Mengkonfrontir mekanisme
superioritas. Konfrontasi adalah respon konselor yang menggambarkan adanya
ketidaksesuaian atau pertentangan yang terkandung dalam pernyataan yang
diungkapkan klien. Konselor harus mampu menolong klien dengan cara memberikan
pemahaman atau mengevaluasi dampak yang dihasilkan pada orang lain dan
merenungkan akibat yang dia tanggung karena menjadikan superioritas sebagai
prioritas utama.
D.
Proses Konseling
Strategi konseling biasanya melibatkan pola hidup
sekarang yang Nampak dan menelusuri ke belakang hingga konselor dan klien
memperoleh kejelasan mengenai tujuan superioritasnya. Menurut
Ansbacher&Anbacher (shertzer&stone,1980,204) ada 3 komponen pokok dalam
proses konseling. Ketiga komponen tersebut adalah :
1.
Memperoleh pemahaman gaya hidup
klien yang spesifik, gejala dan masalahnya, melalui empati, intuisi, dan
penaksiran konselor. Dalam unsure ini konselor membentuk hipotesis mengenai
gaya hidup dan situasi klien
2.
Proses menjelaskan kepada
klien, dalam komponen ini hipotesis gaya hidup yang dikembangkan dalam komponen
pertama, harus ditafsirkan dan dikomunikasikan kepada klien sehingga dapat
diterima. Psikologi individual menekankan pentingnya membantu klien untuk
memperoleh tilikan terhadap kondisinya. Penjelasan konselor hendaknya sederhana
dan terarah sehingga jelas bagi klien dan cocok dengan pengalamannya sendiri.
3.
Proses memperkuat minat social,
klien dengan menghadapkan mereka, secara seimbang, dan menunjukan minat dan
kepedulian mereka.
Pendekatan adler dalam proses konseling berdasarkan pada asumsi
bahwa klien telah membuat kesalahan gaya hidup dan konsepsi mereka tentang
kenyatan. Konselor hendaknya membantu mereka untuk mencapai pandangan terhadap
kenyataan yang lebih baik dan benar.
E.
Teknik-Teknik Konseling
Teknik konseling yang digunakan oleh konselor penganut adler :
1.
Teknik Komparatif
Dalam teknik ini konselor melakukan perbandingan dirinya dengan
konselor, dengan empati konselor dengan mencoba membayangkan gaya hidup dan
masalah klien dalam dirinya.
2.
Teknik Analisis Mimpi
Menurut adler mimpi adalah merupakan refleksi gambaran tujuan hidup
klien. Dengan menganalis mimpi yang dialami klien, maka konselor dapat
memperkirakan tujuan hidup klien, atas dasar itu kemudian konselor membantu
klien.
F.
Hubungan Konselor dengan Klien
Aliran Adler menganggap hubungan baik antara klien dan
terapis itu adalah keduannya berkedudukan sederajat didasari pada kerjasama,
saling percaya, saling menghormati, saling menjaga rahasia dan keselarasan
sasaran. Awal mula kegiatan konseling, seyogyanya klien mulai memformulasikan
rencana atau kontrak. Klien tidak dipandang sebagai penerima yang pasif
melainkan klien adalah anggota dari kelompok yang aktif dalam hubungannya
dengan kelompok lain yang sederajat dimana tidak ada pihak yang berkedudukan
lebih tinggi dan ada yang berkedudukan lebih rendah.melalui perserikatan yang
sifatnya saling mengisi atau kolaboratif klien mengakui bahwa mereka bisa
mempertanggungjawabkan perilaku mereka.
Hubungan pertolongan meliputi :
1.
Membentuk dan memelihara
hubungan yang baik dengan klien
2.
Mengumpulkan data mengenai
klien, agar mengetahui konsep style of life klien. Data tersebut yang
berhubungan dengan pembentukan style of life pada usia muda, situasi keluarga,
dan bagaimana klien mengekspresikan pengalaman-pengalaman tersebut sekarang
bagaimana hubungan kaka/adik kandung, demikian juga tentang mimpi-mimpinya.
3.
Interpretasi pengertian tentang
life style klien diberitahukan kepada klien. Konselor mendengarkan reaksi
klien.
4.
Rekonstruksi aktif, konselor
mengarahkan klien secara aktif terhadap alternative-alternatif pemecahan
mengenai masalah dirinya dan lingkungannya. Penyembuhan disebabkan oleh
gambaran yang matang tentang dunianya.
5.
Dalam hubungan yang face to
face relation dialog diusahakan suatu redukasi (pendidikan kembali) proses
sosialisasi seorang individu dan memperbaiki kepercayaan klien terhadap dirinya
sendiri.
G.
Kritik dan Kontribusi
Beberapa kritik yang disampaikan kepada psikologi individual antara lain
:
1.
Terlalu banyak menekankan pada
tilikan intelektual dalam upaya perubahan
2.
Penekanan yang berlebihan pada
pengalaman, nilai, minat subyektif pada penentu perilaku
3.
Meminimalkan factor biologis
dan riwayat masa lalu
4.
Terlalu banyak menekankan
tanggung jawab pada keterampilan diagnosis konselor.
Sementara itu kontribusi psikologi individual antara lain :
1.
Keyakinan yang optimis bahwa
setiap orang dapat berubah, dapat mencapai sesuatu, arah evaluasi manusia
bersifat positif
2.
Penekanan hubungan konseling
sebagai suatu media untuk mengubah klien
3.
Menekankan bahwa masyarakat
tidak sakit atau salah, akan tetapi manusianya yang sakit atau salah
4.
Menekankan bahwa kekuatan
sebagai pusat pendorong perilaku
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa
perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan
inferioritas(rendah diri kurang). Hal lain yang penting dalam konstruk
psikologi individual adalah konsepsi perilaku situasional social. Konstruk
utama adler yang lainnya adalah pandangan tentang kesatuan organism yang
berorientasi tujuan. Konsep lain yang dikemukakan oleh adler adalah pandangan
bahwa individu sebagai suatu organisasi diri yang konsisten (self consistent
organization). Hal penting lainya adalah konsep minat kemasyarakatan (community
interest) sebagai bagian dari kualitas manusiawi.
Adapun teori-teori Adler yang terapkan yaitu fictional
finalism, striving for superiority, inferiority feeling dan compensasion,
social interest, style of life, the creative self.
Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi
intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior), memperbaiki
kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, mengubah tujuan hidup,
mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan aktivitas.
Klien harus mendapat insight tentang kesalahan style of life mereka, menghadapi
mekanisme superioritas mereka dan memperbaiki minat.
Menurut Ansbacher&Anbacher
(shertzer&stone,1980,204) ada 3 komponen pokok dalam proses konseling.
Ketiga komponen tersebut adalah :
1.Memperoleh pemahaman gaya hidup klien yang spesifik, gejala dan
masalahnya, melalui empati, intuisi, dan penaksiran konselor, 2. Proses
menjelaskan kepada klien, 3. Proses memperkuat minat social,
Teknik konseling yang digunakan oleh konselor penganut
adler : Teknik Komparatif,Teknik Analisis Mimpi.
Hubungan pertolongan meliputi :
1.
Membentuk dan memelihara
hubungan yang baik dengan klien
2.
Mengumpulkan data mengenai
klien, agar mengetahui konsep style of life klien
3.
Rekonstruksi aktif, konselor
mengarahkan klien secara aktif terhadap alternative-alternatif pemecahan
mengenai masalah dirinya dan lingkungannya..
4.
Dalam hubungan yang face to
face relation dialog diusahakan suatu redukasi (pendidikan kembali) proses sosialisasi
seorang individu dan memperbaiki kepercayaan klien terhadap dirinya sendiri.
Beberapa kritik yang disampaikan kepada psikologi individual antara
lain :
1.
Terlalu banyak menekankan pada
tilikan intelektual dalam upaya perubahan
2.
Penekanan yang berlebihan pada
pengalaman, nilai, minat subyektif pada penentu perilaku
3.
Meminimalkan factor biologis
dan riwayat masa lalu
4.
Terlalu banyak menekankan
tanggung jawab pada keterampilan diagnosis konselor.
Sementara itu kontribusi psikologi individual antara lain :
1.
Keyakinan yang optimis bahwa
setiap orang dapat berubah, dapat mencapai sesuatu, arah evaluasi manusia
bersifat positif
2.
Penekanan hubungan konseling
sebagai suatu media untuk mengubah klien
3.
Menekankan bahwa masyarakat
tidak sakit atau salah, akan tetapi manusianya yang sakit atau salah
4.
Menekankan bahwa kekuatan
sebagai pusat pendorong perilaku
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 1990. Teori dan Praktek dari Konseling dan
Psikoterapi. California: CPC Pacific Grve.
Pujosuwarno, sayekti. 1993.
Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta : Menara Mas Offset
Masrun. (1977) Aliran-aliran Psikologi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.